Beton Ringan Pracetak |
Dampak gempa berkekuatan besar banyak menyebabkan runtuhnya bangunan-bangunan disekitar pusat gempa karena masih minimnya bangunan-bangunan yang didesain tahan gempa. Masih banyak pemukiman di Indonesia yang dibangun tanpa perhitungan struktur yang benar, sehingga ketika gempa terjadi, banyak kita lihat rumah-rumah penduduk yang runtuh dan harus mengungsi di tenda-tenda penam-pungan selama perbaikan rumah belum ada atau masih dalam proses perbaikan.
Material dinding yang biasa dipakai untuk relokasi/restrukturisasi selama ini adalah kayu dengan alasan lebih cepat pelaksanaannya dan murah biayanya. Namun yang perlu dicermati lebih lanjut adalah bahwa biasanya dalam kurun waktu tertentu terjadi gempa susulan dan perilaku kayu (yang merupakan bahan dari alam) terhadap gempa masih sulit untuk diprediksi. Selain itu, kayu mempunyai keawetan yang kurang terhadap lingkungan sekitar, atau dengan kata lain mudah rusak.
Material lain yang biasa dipakai untuk dinding adalah pasangan batu bata, namun pelaksanaannya membutuhkan waktu yang jauh lebih lama bila dibandingkan dengan kayu, sehingga perlu dicari alternatif lain yang lebih baik untuk dinding pada bangunan tahan gempa selain kayu dan pasangan batu bata, agar proses relokasi/ restrukturisasi dapat berlangsung dengan cepat.
Beton dipilih sebagai material karena beton mempunyai keawetan yang lebih bila dibandingkan dengan kayu. Perilaku beton juga lebih mudah diprediksi bila dibandingkan kayu karena mutu beton lebih seragam bila dibandingkan dengan kayu dan perhitungan beton sebagai bahan bangunan tahan gempa sudah lebih detail bila dibandingkan dengan kayu. Namun beton membutuhkan waktu relatif lebih lama.
Untuk mengatasinya, digunakan beton pracetak yang lebih cepat dalam pelaksanaan bila dibandingkan beton konvensional. Untuk mempermudah pengangkutan dan penyambungan, dipilih material beton ringan pracetak dan dibuat desain yang efektif pada sambungan antar dinding maupun sambungan antara dinding dengan balok dan kolom.
Suatu bangunan dikatakan bangunan tahan gempa bila mengikuti filosofi bangunan tahan gempa sebagai berikut :
- Bila terjadi Gempa Ringan, bangunan tidak boleh mengalami kerusakan baik pada komponen non-struktural (dinding retak, genting dan langit-langit jatuh, kaca pecah, dsb) maupun pada komponen strukturalnya (kolom dan balok retak, pondasi amblas, dsb).
- Bila terjadi Gempa Sedang, bangunan boleh mengalami kerusakan pada komponen non-strukturalnya akan tetapi komponen struktural tidak boleh rusak.
- Bila terjadi Gempa Besar, bangunan boleh mengalami kerusakan baik pada komponen non-struktural maupun komponen strukturalnya, akan tetapi jiwa penghuni bangunan tetap selamat, artinya sebelum bangunan runtuh masih cukup waktu bagi penghuni bangunan untuk keluar/mengungsi ketempat aman.
Untuk membangun rumah sederhana tahan gempa terdapat beberapa batasan batasan dalam perencanaan dan pelaksanaan, antara lain (Pedoman Teknis Bangunan Tahan Gempa, 2006), yaitu:
-Jika bangunan tidak berbentuk simetri maka sebaiknya menggunakan dilatasi(alurpemisah) sedemikianrupa sehingga denah bangunan merupakan rangkaian dari denah yang simetris.
-Penempatan dinding – dinding penyekat dan bukaan pintu atau jendela harus dibuat simetris terhadap sumbu denah bangunan.
-Bidang dinding harus berbentuk kotak tertutup.
Penentuan denah bangunan
-Denah bangunan yang digunakan sebaiknya sederhana, simetris dan tidak terlalu panjang.-Jika bangunan tidak berbentuk simetri maka sebaiknya menggunakan dilatasi(alurpemisah) sedemikianrupa sehingga denah bangunan merupakan rangkaian dari denah yang simetris.
-Penempatan dinding – dinding penyekat dan bukaan pintu atau jendela harus dibuat simetris terhadap sumbu denah bangunan.
-Bidang dinding harus berbentuk kotak tertutup.
Beton ringan pracetak sebagai alternatif bahan material yang dipilih
Ada beberapa jenis beton yang biasanya dipakai dalam konstruksi. Beton ringan adalah salah satu jenis beton yang mempunyai berat dibawah 2000 kg/m3 dan biasanya digunakan sebagai dinding pemisah atau dinding isolasi. Salah satu pertimbangan pemakaian beton ringan adalah beratnya yang ringan sehingga membuat beban konstruksi lebih ringan.
Salah satu bahan alternatif yang dipakai untuk beton ringan adalah campuran styrofoam. Beton yang dibuat dengan campuran styrofoam dapat disebut Beton-Styrofoam (Styrofoam-Concrete, yang biasanya disingkat menjadi Styrocon).
Penggunaan styrofoam dalam beton dapat dianggap sebagai rongga udara yang bisa mengurangi kekuatan beton. Setiap penambahan udara 1% dari volume udara, maka kekuatan beton akan berkurang 5.5 %. (Giri, 2008)
Beton dengan bahan pengisi udara mempunyai kekuatan 10% lebih kecil daripada beton tanpa pemasukan udara pada kadar semen dan workabilitas yang sama (Murdock dan Brook, 1999). Kelebihan pemakaian styrofoam dibandingkan dengan rongga udara adalah styrofoam mempunyai kekuatan tarik, sehingga selain membuat beton menjadi ringan, juga menambah kekuatan beton itu sendiri.
Dari hasil uji beton ringan dengan styrofoam yang pernah dilakukan, dipakai kekuatan beton 20 MPa dan berat satuan 2000 kg/m . (Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol.12, No. 1, Januari 2008)
0 Response to "Pedoman Dasar Struktur Dinding Beton Ringan Pracetak Untuk Rumah Tahan Gempa"
Post a Comment
Setiap komentar di Blog "panellantai.info" ini akan selalu dimoderasi, guna menampilkan komentar yang relevan dan mengantisipasi Spam.
Catatan: Setiap link aktif pada komentar akan otomatis dihapus. Terima kasih, atas kunjungannya.